Minggu, 27 November 2011

SaaT PeRaWaM MeNCarI CiNTa


Bila hari ini aku datang dalam relungmu, bukan berarti masih ada cinta untukmu. Bila hari esok aku beranjak dari hatimu bukan pula berarti tidak ada cinta untukmu.

Seperti kemarin aku datang hiasi pesonamu, seperti hari ini aku pun harus pergi meninggalkan dirimu. Aku terlalau menghayati keindahan hidup yang aku teteskan, aku terlalau menghargai kerangka hidup yang aku tegakkan. Sampai aku tak pernah tahu pada siapa cinta ini aku berikan.

Terkadang aku pun tak mampu mengartikan rasa yang ada. Aku terlalu melakonkan diriku sebagai mahluk yang hanya berharap tanpa mampu memberikan dan mengartikan. Aku tuai kata cintaku, aku semaikan rasa cintaku namun semuanya hanya sebatas kata tanpa perwujudan.

Mencari cinta yang sesungguhnya mungkin itu yang sedang aku telusuri. Pada siapa aku tujukan, dengan siapa aku bersanding menjadi tanda tanya besar dalam perwujudan langkahku.

Ada banyak kisah yang terjadi dalam tutur perjalananku. Ada banyak cerita yang telah terjadi antara aku dan dirinya. Dirinya yang bukan hanya satu tapi dirinya, dirinya dan dirinya. Namun semua tak pernah memberi satu bentuk rasa cinta yang apik yang akan aku tanam dalam dasar sanubariku.

Baru sekarang aku merasa bahwa cintaku bukanlah cinta yang didambakan oleh dirinya,dirinya dan dirinya.Cintaku hanyalah sebatas cinta tanpa makna yang dalam. Mengapa meski aku rasakan ?

Tidak! Aku bukanlah pecundang cinta. Aku seorang pengagung cinta,hanya cinta saja aku belum mampu menapaki alur cinta yang sesungguhnya.

Ketika aku mearasakan indahnya cinta bersama dirinya aku terbawa dalam angannya. Saat aku berkelana bersama cinta yang lain aku tergugah, dan saat aku menyatukan kata cinta dengan dirinya yang lain, aku pun terlena. Mana yang mesti aku tambatkan,dirinya,dirinya atau dirinya?

Segudang kata cinta telah aku dengar dari dirinya,dirinya dan dirinya. Sebentuk prosa cinta telah aku berikan pada dirinya,dirinya,dan dirinya. Tapi bahagia yang aku rasa, derita yang aku genggam tidaklah membuat aku hanyut dalam penelusuran jiwa. Yang aku rasa, aku hanyalah sekedar membalas kebaikan cinta dari dirinya,dirinya dan dirinya.

Aku tersenyum. Bukan senyum kebanggaan karena seorang wanita mempermainkan kata cinta, tapi senyum hambar keretakan hati kala mencari arti cinta dan makna yang sesungguhnya.

Ah mentari telah erat menyapaku. Aku berhenti dalam penelusuran kata hati. Aku buka hati bersama nuansa kebingungan. Aku tegakkan angan diri. Masih panjang jalanku untuk aku jadikan pegangan pencarian kata cinta yang lebih bermakna.
Merenung,menyendiri bersetubuh dengan langit biru menjadi teman dalam pencarianku. Aku seperti merpati, lepas terbang kemana aku suka. Tapi ternyata aku memerlukan sangkar sejati yang khusus dipersembahkan untukku.

Ah...aku telah menemukan jawabannya. Cinta tak usah dicari. Dia akan hadir dalam waktu dan tempat yang tidak bisa di cerna. Karena saat ini aku telah dipertemukan dengan cintaku. Aku begitu damai dalam cinta yang aku rasa. Aku begitu kagum akan rasa yang aku punya. Aku mencintainya. Aku telah jatuh cinta. Tapi pada siapa. Tidak pada siapapun, tapi pada hati dan jubah kalbuku sendiri.

Saat ini aku mengenal diriku sendiri lebih dari hari lalu. Saat aku mencari cinta yang sebenarnya, saat itulah hati dan jubah kalbuku telah jatuh cinta pada diriku sendiri. Betapa sekian lama aku berjalan dalam kerangka hidupku,sedikitun aku tak mengenal diriku sendiri. Sekarang aku boleh berbenah diri untuk hati dan jubah kalbuku yang baru aku kenal. Ternyata bukan cinta yang sewajarnya, tapi cinta yang sebenarnya. Cinta tanpa emosi adalah cinta yang bisa membuat aku tersenyum dalam ketulusan.

Dan sekarang saat senja mulai menyapa.aku telah dipertemukan dengan cintaku yang sesungguhnya, seorang yang kini bersemayam dalam tangkai keabadian hatiku.
Engau adalah raja bagi hati dan jubah kalbuku. Engkau adalah mahkota terindah yang aku miliki. Bersamamu ada pelabuhan indah yang tercipta untukmu seorang. Aku telah jatuh cinta,aku cinta kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar